Pentingnya Kesadaran akan Sejarah
Historiografi mencatat bahwa secara garis besar, Indonesia terbagi dalam 3 masa yang panjang, yaitu: tradisional (era kerajaan; para raja ), kolonial (era para penjajah, terutama Belanda dan Jepang), dan nasional (era setelah kemerdekaan).Hal ini membuktikan bahwa Indonesia telah mengukir perjalanan sejarah yang panjang. Namun, perjalanan sejarah yang panjang tidak dapat dijadikan jaminan majunya sebuah bangsa jika tidak ada kesadaran akan pentingnya belajar dari sejarah. Hal ini pula yang diangkat menjadi salah satu poin oleh seorang Doktor bernama Mukhlis Paeni dalam tulisannya yang berjudul “Hari Sejarah Indonesia”; diterbitkan oleh KOMPAS dalam kolom opini pada tanggal 13 Desember 2014. Tulisan ini dibuat sebagai bentuk peringatan hari Sejarah Indonesia pada tanggal 14 Desember 2014.
Paradigma sejarah berubah sesuai dengan bertumbuhnya zaman. Oleh karena itu, jangan sampai bansga Indonesia tidak tahu dan/atau mengerti akan perubahan paradigma sejarah (Historiografi). Sebuah bangsa yang tidak mengerti perkembangan dan perubahan paradigma sejarahnya tidak akan mungkin menjadi bangsa yang maju. Oleh karena itu, ‘hal terpenting yang perlu diingat dari sejarah bukanlah persoalan bagaimana menulis sejarah yang baik ataupun mendiskusikan bagaimana cara belajar sejarah. Melainkan, hal yang terpenting ialah bagaimana seseorang dapat belajar dari sejarah’- Mukhlis Paeni. Karena seperti yang dikatakan Hegel bahwa pelajaran terbesar dari sejarah adalah manusia tidak pernah belajar dari sejarah; maka janganlah sampai kita menjadi seperti itu.
Dalam tulisannya, Mukhlis Paeni juga menyinggung sedikit mengenai Insonesia Sentris. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah yang dimaksud dengan Indonesia sentris? Tidak lain adalah segala hal yang berkaitan dengan dimensi nasional. Namun, di sisi lain, jika bangsa Indonesia melihat sejarah hanya sebatas dari pandangan Indonesia Sentris, mungkinkah sejarah akan terlihat objektif? Menurut saya, tentu saja tidak. Saya setuju dengan pendapat Mukhlis Paeni yang mengatakan bahwa kita harus melihat sejarah kolonial berdasarkan Indonesia sentris dengan tujuan menumbuhkan kesadaran akan sejarah. Namun, di sisi lain, melihat sejarah dengan pandangan Indonesia Sentris juga membuat kita sulit melihat sejarah secara objektif; sehingga sulit bagi kita untuk belajar dari sejarah secara objektif.
Tulisan Mukhlis Paeni mengingatkan saya akan pentingnya kesadaran sejarah yang masih belum dimiliki bangsa Indonesia secara utuh. Mungkin, sudah tidak ada lagi dari mereka yang menganggap Belanda sebagai pahlawan. Namun, kini persoalannya bukan lagi mengenai para penjajah, melainkan rakyat Indonesia sendiri yang secara tidak langsung memposisikan daerahnya sebagai ‘pahlawan’. Semenjak dimulainya era otonomi daerah, lokalisasi berlaku di mana-mana. Hal ini membuat kesadaran akan sejarah meningkat, tapi hanya sebatas kesadaran sejarah yang mengutamakan kepentingan lokalitas; sedangakan kesadaran akan sejarah yang ditekankan adalah yang berskala nasional, sesuai dengan historiografi nasional.
Komentar
Posting Komentar