Sebuah peristiwa yang sulit membuatku
belajar banyak hal...
Senin, 9 Februari 2015
Sebuah
peristiwa 2 tahun yang lalu pun terulang. Hujan deras kembali mengguyur kota
Jakarta yang ramai ini. Jalan raya yang awalnya kering, kini terlihat seperti sungai
yang mengalir. Sungai itu tidak lain adalah banjir. Ketika banjir, aku bisa
melihat berbagai macam ekspresi orang. Ada yang senang, ada pula yang
menggerutu, tapi ada juga yang tetap bersyukur. Peristiwa ini juga membuatku
bisa belajar dan merefleksikan banyak hal...
Pagi
itu aku masuk sekolah. Hujan deras terus turun membasahi jalan. Awalnya, aku
mengira bahwa hanya sedikit dari kami yang masuk, tapi ternyata dugaanku salah.
Pelajaran berlalu seperti biasa. Namun, ketika hujan tidak henti-hentinya turun
dengan deras, banyak dari kami yang bersemangat untuk pulang. Sebetulnya aku
bingung dengan tindakan mereka. Jika memang bersemangat untuk pulang, untuk apa
masuk sekolah? Lagipula bukankah mereka tahu bahwa bulan Februari adalah musim
hujan dan kemungkinan banjir? Waktu melihat mereka seperti itu, sebetulnya aku
berada dalam keadaan dilema. Di satu sisi, aku sebal karena kegiatan belajar
tidak berjalan dengan baik, tapi di sisi lain aku senang sekaligus bingung; aku
bisa beristirahat, tapi sarana apa yang akan aku gunakan untuk tiba di rumah?
Sepulang
sekolah, aku menemukan sarana yang tepat untuk sampai di rumah. Sarana itu
tidak lain adalah kaki; tidak ada sarana lain –seperti mobil- yang lebih baik
daripada kaki. Melalui peristiwa ini, aku melihat suatu hal yang unik; seberapa
canggih pun alat buatan manusia, pastinya tidak dapat mengalahkan ciptaan Sang
Pencipta. Terkadang aku berpikir bahwa manusia baru bisa bersyukur ketika
mereka mengalami kesulitan – termasuk diriku-. Ibuku pun berpendapat bahwa
melalui peristiwa ini, kami bisa merasakan bagaimana rasanya jadi orang miskin
yang hemat ongkos.
Jujur
saja, aku senang dengan peristiwa banjir kali ini; bukan senang karena tidak
masuk sekolah atau senang melihat mereka kesulitan. Namun senang karena aku
bisa merefleksikan beberapa hal (tidak semuanya aku tuliskan di sini). Aku bisa
melihat dan belajar bahwa dalam sebuah kesulitan, ada sebuah kebahagiaan yang
didapat jika kita mau belajar untuk melihat dengan peka. Sebagai pelajar yang
ditempatkan di kota Jakarta, aku bersyukur, sedih dan senang dengan peristiwa
ini...
Komentar
Posting Komentar